Tuesday, June 7, 2016

Landorundun Part 1

Suku toraja sangat kaya akan cerita dongeng atau yang biasa disebut "volk story" yang mengandung pesan moral bagi pembaca entah itu nilai-nilai sosial dalam masyarakat ataupun nilai religi dan lain lain.

Sala satu dongeng suku toraja yang cukup terkenal adalah Kisah seorang gadis yang mempunyai ciri khas berambut  panjang yang bernama Landorundun.

Landorundun  adalah seorang gadis berparas cantik, molek, dan berambut panjang(Dalam bahasa Toraja disebut panjang rambut Landorundun adalah “sangpulo pitu da’pana, talluratu’ dangkananna”  atau sekitar 25,5 meter).

 Ayahnya bernama Solokang dari Rongkong dan ibunya bernama Lambe' Susu Sesean.

Pada waktu kelahiran Landorundun, terjadi keanehan yang mungkin berada diluar nalar, saat itu ketika ibu Landorundun melahirkan, yang keluar bukanlah sosok seorang bayi, namun menyerupai batang pakis yang di liliti oleh rambut panjang dan tebal.

Saat itu ayah Landorundun kaget dan tidak mengerti apa yang terjadi, kemudian dia memanggil tetua atau pemuka adat untuk melakukan ritual doa untuk apa yang terjadi.

Setelah ritual doa selesai, barulah terdengar suara tangisan bayi dari dalam lilitan rambut itu, kemudian terlihatlah bayi Landorundun.Lambeq susun dan Solokang  merawat anaknya Landorundun dengan penuh kasih sayang hingga landorundun mencapai usia dewasa.


Pada suatu hari, Landorundun pergi mandi ke sungai. Sehabis mandi ia lalu bersisir dan rambutnya tercabut sehelai. Rambut itu lalu digulungnya pada sebuah sisir yang terbuat dari emas. Gulungan rambut ini diletakkan di atas batu(ada versi yang mengatakan bahwa rambut landorundun di diletakkan dalam jeruk dan dibuangx ke sungai) . Tiba-tiba angin puting beliung datang meniupnya dan jatuh ke air lalu hanyut ke muara sungai dan sampai ke tengah laut. Ketika benda itu berada di tengah laut kelihatan berkilau-kilauan karena terkena cahaya matahari. Benda itu dilihat oleh Bendurana, lalu ia menyuruh anak buahnya pergi mengambilnya. Orang yang disuruh mengambil benda itu tidak ada satu pun yang berhasil karena selalu kembali dalam keadaan cacat. Orang pertama pergi mengambilnya dan kembali dalam keadaan lumpuh. Orang kedua hilang kakinya sebelah. Orang ketiga kembali dalam keadaan bungkuk. Orang yang keempat hilang telinganya dan yang terakhir kembali dalam keadaan buta. Ketika Bendurana menyaksikan kejadian ini, ia sendiri yang langsung pergi mengambil benda itu di tengah laut, dan ia berhasil mengambilnya. Kaki dan kukunya pun tak basah kena air. Benda itu ternyata sisir emas yang dibebat dengan rambut yang sangat panjang. Bendurana sangat heran melihat kejadian itu dan berkatalah dalamm hatinya. "Darimana gerangan asalnya rambut ini." Ia memikirkan kejadian ini sambil menengadah ke langit. Tiba-tiba datanglah serombongan burung terbang di udara dan seekor di antaranya berkata:

Saya melihat dengan pasti
Di sana ada hulu sungai
Sumber asalnya air
Gumpalan timbunan busa air

Setelah burung layang-layang berkata demikian, kawanan burung itu terbang terus mengikuti aliran sungai mulai dari muara sampai Tana Toraja dan tiba di daerah Malangngo', kecamatan Rantepao. Kemana arah burung layang-layang itu terbang, selalu diikuti pula oleh Bendurana. Ketika tiba di daerah Malangngo' Bendurana belok ke persimpangan (pertemuan sungai) arah ke sungai Bulo (kecamatan Rantepao) karena tersesat, burung mengetahui kejadian itu lalu berkata:

Sesat, sudah sesatlah perahuku
Salah jalan salah arahlah dia
Mundur, mundurlah kembali
Benarkanlah arah dan tujuannya
Di sana di hulu sungai
Asal mulanya busa air
Di atas di sumur batu

Bendurana mendengar seruan burung layang-layang di udara itu, lalu ia mengubah arah perahunya menuju utara yaitu Minanga (Kecamatan Tikala) lalu membuang sauh di dekat batu yang bernama Batu Sangkinan Lembang artinya batu tempat menambat perahu. Batu ini sampai sekarang tetap terkenal dan bersejarah.

Bendurana turun dari perahunya dan menanam pohon mangga. Pohon mangga ini rupanya agak lain sebab cepat tumbuh dan cepat pula berbuah (dan sampai sekarang pohon ini masih ada). Ketika selesai menanam pohon mangga, Bendurana meneruskan perjalanannya ke utara dan sampai di tempat yang bernama bubun batu di desa Pangala' (Kecamatan Rindingngallo). Di tempat itu Bendurana langsung bertemu dengan Landorundun. Landorundun bertanya dalam bentuk londe (pantun), katanya:

Apa tujuan apa maksudmu
Apa yang engkau cari hingga ke sini
Berjalan jauh tak memperhitungkan lelah
Adakah engkau memberi piutang
Dan engkau datang menagihnya
Di negeri yang terpencil ini

Bendurana menjawab Landorundun dalam bentuk pantun juga:

Saya tidak berpiutang
Menagih utang yang lama pun tidak
Aku datang hanya melihat sesuatu
Penggulung rambut dari emas
Di negeri yang punya arti bagik
Aku akan mendampingi engkau

Landorundun segera menjawab Bendurana:

Tiada artinya engkau mendekat
Ibu belum sempat mengizinkan
Bersama seluruh keluarga
Berpisah pergi ke Bone

Setelah mendengar jawaban Landorundun tersebut, Bendurana kecewa lalu pergi menanam pohon mangga dekat tempat Landorundun turun ke sungai mencuci rambutnya. Pohon mangga itu rupanya lain dari pohon mangga biasa, sebab cepat sekali tumbuh dan berbuah. Ketika buah mangga itu sudah mulai masak, pergilah Bendurana ke puncak gunung, bersembunyi, dan mengintip dari atas. Secara kebetulan pada waktu itu Landorundun turun ke sungai dan mencuci rambutnya. Pada saat itu, ia melihat mangga yang sudah masak tidak jauh dari tempat itu. Landorundun pergi menjolok sebuah, kemudian memakannya sambil berjemur diri dan bersisir. Bendurana melihat peristiwa yang telah lama dinanti-nantikan dari puncak gunung. Ia segera turun dari puncak gunung lalu pura-pura menghitung buah mangga itu. Setelah itu, ia menyindir Landorundun, katanya: "Siapakah mengambil buah kesayanganku, menjolok, dan memakan mangga manisku."(bersambung part 2 klik Landorundun Part 2

0 komentar

Post a Comment