Tuesday, June 7, 2016

Landorundun Part 2

Landorandun merasa tersinggung mendengar sindiran Bendurana, lalu ia berkata:

Siapa yang mengambil buahmu
Siapa yang memakan manggamu
Beri tahu si anak gembala
Bersama anak penjaga kerbau

Dialah yang menjaga manggamu
Memakan buah kesayanganmu
Bersama semua tanam-tanamanmu

Setelah Bendurana mendengar jawaban Landorundun, maka ia memanggil semua anak gembala yang ada di sekitar tempat itu, dan menanya satu per satu. Anak-anak gembala itu menjawab, "Kami tidak pernah mengambil apalagi memakan mangga Bendurana." Ada seorang di antara mereka berkata:

Landorundun mengambilnya
Memakan buah mangga itu
Bersama tanam-tanaman

Mendengar kata-kata anak gembala itu, Landorundun lalu mengaku dan berkata, "Akulah sebenarnya yang mengambil buah manggamu dan terserah kepadamu, hukuman apa yang harus kujalani." Pada saat itu Bendurana memutuskan untuk menikah dengan Landorundun, dan keputusan itu diterima oleh Landorundun.



Ketika Bendurana bersiap untuk berangkat membawa Landorandun, ia mencari akal supaya mertuanya (Lambe' Susu) tidak ikut berangkat bersama mereka. la menyuruh mertuanya pergi mengambil air di tebing gunung dan memberikan perian yang sudah dilubangi pantatnya untuk tempat air itu. Karena pantat perian itu bocor, air yang dimasukkan tidak kunjung penuh. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Bendurana membawa Landorundun turun ke perahu lalu berangkat. Ketika Lambe'Susu merasa bahwa perahu Bendurana sudah berangkat, ia pergi ke suatu tempat yang bernama Mata Bongi, untuk meiihat keberangkatan anaknya. Akan tetapi dari tempat itu Lambe' Susu tidak dapat melihatnya karena suasana gelap menutupi daerah sekelilingnya. Tempat Lambe' Susu memandang keberangkatan anaknya itu, sampai saat ini masih ada bekasnya, berupa tempat duduk dari batu.

Bendurana dan Landorundun meneruskan perjalanannya menuju Bone. Ketika mereka sudah tiba di Bone, dilangsungkanlah upacara pernikahan dengan menampilkan semua jenis pesta adat. Selama pesta berlangsung, Landorundun tidak pernah tertawa bahkan tersenyum pun tidak. Pada suatu ketika orang sengaja membawa burung gagak yang sudah dipotong kakinya sebelah ke halaman rumah. Burung gagak itu melompat terpincang-pincang dan kelihatan lucu. Pada saat itulah Landorandun tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan burung gagak itu. Mulai saat itu hiduplah Bendurana bersama Landorundun dalam suasana bahagia, rukun, dan damai.

0 komentar

Post a Comment